Minggu, 07 Maret 2010

Homophobia Bikin Ketar-ketir Gay dan Lesbi


img
Ilustrasi (Foto: abc.net.au)
New York, Perilaku seks sejenis di negara-negara barat seperti AS bukan hal aneh. Tapi seiring eksistensi keberadaan kaum homo, makin keras juga kelompok homophobia beraksi. Homophobia bisa sangat membenci bahkan membunuh kelompok ini.

Jika mencari kata Homophobia di kamus, Anda akan mendapatkan artinya yaitu takut akan homoseksual. Kelompok homophobia banyak tersebar di Amerika, lebih banyak daripada kelompok heteroseksual itu sendiri.

Seperti dikutip dari Bidstrup, Rabu (24/2/2010), istilah homophobia yang dicetuskan oleh psikolog klinis George Weinberg pertama kali digunakan di majalah Time tahun 1969. Homophobia itu sendiri pada dasarnya adalah ketakutan atau kebencian pada homoseks dan homoseksualitas.

Dalam praktiknya, homophobia diwujudkan antara lain dalam perasaan lain seperti menghindar, ketidaksetujuan, diskriminasi, penghinaan atau pencelaan kaum homoseks, gaya hidup mereka, perilaku seks mereka atau kulturnya dan sering dipakai untuk menekankan fanatisme.

Homophobia biasanya dikaitkan dengan homoseksualitas pria. Dua pria yang tampak intim lebih mudah mengundang bisik-bisik sumir ketimbang dua wanita dengan tingkat keintiman yang sama.

Disinyalir orang-orang yang homofobik justru memiliki gairah homoseks, tetapi mereka tidak menyadarinya atau malah menekannya. Orang-orang homofobik merasa bersalah karena memiliki gairah homoseks, sehingga ketika ditempatkan pada situasi yang mengingatkan mereka pada 'gairah terlarang' tersebut, mereka bereaksi dengan kemarahan dan panik.

Jarang didapati kasus homophobia yang didiagnosis secara medis. Homophobia juga tidak termasuk dalam DSM IV (panduan diagnosis gangguan jiwa). Ada seorang ahli bernama Bumni Olatunji yang berpendapat bahwa homophobia mengandung permusuhan antihomoseksual dan sikap berprasangka yang lebih mirip dengan rasisme ketimbang fobia.

Pada tahun 1994, selama masa kampanye Oliver North untuk senat Amerika, ada beberapa suporternya yang menyatakan 'Homophobia tidak membunuh'. Dengan mengampanyekan pesan tersebut, mereka berharap bahwa kelompok homophobia tidak ditakuti.

Memang ada beberapa kasus pembunuhan yang berhubungan dengan homophobia. Di Amerika, jumlahnya sekitar lusinan tiap tahunnya tapi tidak ada yang tahu jumlah pastinya. Ada juga beberapa kasus bunuh diri pada pasangan gay dan lesbian, terutama pasangan muda yang diduga karena mendapat tekanan mental dari kelompok homophobia.

Kelompok homoseksual muda memang paling berisiko mengalami bunuh diri karena tidak bisa menemukan jawaban atas perubahan yang tidak normal pada dirinya sehingga rawan mengalami tekanan mental. Gay muda dilaporkan 7 kali lebih sering melakukan percobaan bunuh diri daripada kelompok muda normal.

Alasan paling dasar kelompok homophobia membenci kelompok homoseksual adalah karena 'itu tidak wajar'. "Itu melanggar kodrat Tuhan', alasan itu lebih terdengar religius. Namun maksudnya adalah penderita homoseksual sebaiknya ditangani secara religius juga melalui pendekatan pada Tuhan.

Alasan lainnya adalah 'Itu menjijikan'. Namun bagi kaum homoseksual, apa yang dilakukan oleh pasangan heteroseksual justru menjijikan.

Negara-negara yang sampai hari ini melarang kaum homo adalah Iran, Mauritania, Nigeria, Pakistan, Arab Saudi, Sudan, Uni Emirat Arab dan Yaman. Di Amerika Serikat, pada tahun 2004, FBI mencatat tindak kriminal berdasarkan orientasi seksual sebesar 15,6 persen.

Ketertarikan seksual pada anggota dari jenis kelamin yang sama selalu ada sejak adanya manusia. Namun, dari sisi agama, aktivitas homoseksual selalu dikecam. Sampai pertengahan abad ke-20, barulah banyak negara yang melegalkan perilaku homoseksual antar pria.

Perilaku homoseksual disebabkan karena gangguan kromosom, gangguan perkembangan masa kecil dan pengaruh lingkungan. Hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penderita homoseksual.

Lesbi dan gay adalah penyakit kelainan seks atau homoseksual dimana seorang wanita atau pria memiliki orientasi seksual dan mendapatkan kepuasan seksual dengan sesama jenisnya. Penyebabnya hingga saat ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan karena faktor genetik tapi bisa juga karena faktor lingkungan dan trauma masa kecil.

Menurut para ahli dari American Psychological Association, kebanyakan orientasi seksual seseorang itu terbentuk pada masa kecil. Namun mereka mengatakan bahwa penyimpangan seksual ini bisa disembuhkan jika rutin melakukan terapi dengan seorang psikolog atau terapis.

Namun kabar terkini dari organisasi tersebut justru mengatakan bahwa sangat kecil kemungkinan seorang homoseksual bisa sembuh total. Bahkan mereka menyarankan agar penderita homoseksual memilih untuk tidak berpasangan (menikah) dan memperkuat iman dengan lebih berorientasi dan mengabdi pada agama.

"Harus ada psikoterapi khusus yang bersifat religius. Psikoterapis yang religius harus membuka mata lebar-lebar bahwa beberapa orang akan memilih jalan hidup sendiri dengan tidak menikah," ujar Judith Glassgold seorang psikolog dari New Jersey.

health.detik.com

1 komentar:

  1. Hai sobat Gay & Bisex indonesia...

    Salam untuk anda pecinta Travelling.
    ayok... kita jalan" bareng bersama teman komunitas,
    kumpul bareng, happy bareng,
    ketawa bareng pastinya...

    siapa tau...
    moment ini bisa mempertemukanmu dg seseorang
    yg diharapkan...
    ambil hikmah positif untuk bisa mengenal mereka
    dg beragam ras & latar belakang.

    Buka mata untuk melihat dunia lebih luas.
    refresh pikiran oleh aktivitas keseharian.
    saling mengenal 1 dg yg lainnya.

    ikuti Update acara kami,
    Salam Wisata Indonesia, With Guys
    Admin Contact :
    +6281949484385
    BBM : 24c54a02
    weChat : gaybelitong
    email : palatmerah@gmail.com
    twitter : @liburangay

    BalasHapus